Mengenal Capung, Habitat, Metamorfosis, Populasi & Jenis Terindah
Capung ialah serangga indah yang sering kita jumpai di taman, persawahan atau halaman rumah. Meski terlihat kecil dan tidak berbahaya, sebenarnya capung yakni predator ganas dengan rahang tajam, pandangan 360 derajat, kecepatan terbang 30 mil per jam dan mempunyai kesanggupan melayang mundur.
Capung merupakan hewan purba yang telah ada semenjak 300 juta tahun lalu. Di Indonesia sendiri, hidup sekitar 900 jenis capung yang tersebar di berbagai kawasan.
Mengenal Capung
Capung yang juga disebut sibar-sibar dan capung jarum (jenis yang terkenal) yakni serangga dari bangsa Odonata. Serangga ini bertelur dan menghabisa abad pra-akil balig cukup akal di lingkungan air, sehingga tidak dapat hidup jauh darinya.
Dalam beberapa bahasa kawasan, capung mempunyai penamaan mirip papatong di Sunda, kinjeng dan coblang di Jawa, dan kasasiur di Banjarmasin.
Sama seperti serangga yang lain, struktur tubuh capung berisikan tiga bagian, ialah kepala dengan mata besar, dada atau thorax dengan 4 sayap dengan tiga pasang kaki, serta perut atau abdomen yang terdri dari 10 segmen.
Capung yang berasal dari subordo Anisoptera dan Capung Jarum yang berasal dari subordo Zygoptera memiliki perbedaan yang relatif gampang diketahui. Capung pada umumnya memiliki ukuran badan relatif besar dan ketika hinggap maka sayapnya akan terbuka ke samping. Sedangkan Capung Jarum mempunyai ukuran badan lebih kecil, bentuk abdomen seperti jarum dan ketika sampai hinggap maka sayapnya pada bagian punggungnya akan menutup atau menyatu.
Habitat dan Kebiasaan
Capung dan Capung Jarum hidup pada habitat-habitat mirip hutan sawah, kebun, sungai, danau, hingga kepemukiman desa dan perkotaan. Serangga ini bisa hidup di daerah pesisir pantai hingga daratan dengan ketinggian 3.000 mdpl dan bukan dianggap hama penggangu bagi insan.
Serangga capung merupakan penerbang yang kuat dengan daerah jelajah yang luas. Sedangkan Capung Jarum umumnya cenderung melayang rendah dan daya jelajahnya tidak terlampau luas.
Capung mempunyai siklus hidup relatif singkat, yakni sekitar 6 bulan hingga optimal enam atau tujuh tahun yang dimulai dari telur hingga cukup umur. Serangga ini tidak dapat hidup jauh dari air, alasannya adalah mereka memiliki kebiasaan ketika bertelur akan menaruhnya di sekeliling tumbuhan air yang menggenang, meskipun ada beberapa spesies yang meletakkannya di air yang agak berarus deras.
Setelah telur-telur capung menetas, tempaya atau larva capung akan hidup dan berkembang di dasar perairan, mengalami metamorfosis dan menjadi nimfa sampai keluar dari air menjadi capung remaja.
Capung dewasa yang sering kita peroleh sebetulnya cuma mampu hidup selama 4 bulan. Sebagian besar periode hidup capung dihabiskan dalam bentuk nimfa dengan tata cara pernapasan insang internal di bawah permukaan air. Tempayak dan nimfa capung yaitu hewan yang ganas, bahkan mampu mengejar dan memangsa berudu dan ikan-ikan kecil. Ketika sampaumur, capung bisa berburu nyamuk, lalat dan serangga lainnya.
Keberadaan populasi capung disuatu tempat dapat dijadikan indikator alami bahwa disekitar kawasan tersebut masih memiliki kualitas air dan lingkungan yang bagus, serta higienis dari pencemaran.
Proses Matamorfosis Capung
Perubahan telur hingga capung dewasa membutuhkan waktu yang cukup usang, bahkan sampai beberapa tahun. Berikut ini yaitu siklus hidup dan proses metamorfosis capung yang dirangkum dari aneka macam sumber.
- Tahap Pertama – Capung remaja akan melaksanakan reproduksi dan menelurkan telurnya disekitar perairan bersih yang menggenang. Telur-telur tersebut berjumlah ratusan hingga ribuan yang diselimuti lendir yang licin. Setelah meraih umur dua hari hingga satu minggu, lalu akan menetaas menjadi. Pada kawasan dengan keadaan iklim acuh taacuh, telur capung memerlukan waktu menetas lebih lama.
- Tahap Kedua – Setelah menetas, larva atau tempayak tersebut akan hidup di dasar perairan menggunakan sistem pernapasan insang internal. Meski hidup dalam habitat perairan, larva atau tempayak capung juga mampu dipindahkan ke daratan selama berjam-jam. Larva atau tempayak akan mengalami pergeseran kulit selama era tertentu hingga menjadi nimfa.
- Tahap Ketiga – Fase nimfa ialah fase terlama dari siklus metamorfosis capung, bahkan meraih 4 tahun. Nimfa merupakan binatang air yang mempunyai kemampuan berenang cepat dan gesti, sehingga menjadi predator ganas di perairan. Nimfa capung berskala lebih besar dibanding nimfa serangga lainnya dan mempunyai sifat kanibal kalau mangsa di perairan tersebut sukar ditemukan. Selama menjadi nimfa, proses pergantian kulit juga terjadi secara terjadwal hingga 12 kali.
- Tahap Keempat – Ketika nimfa telah berkembang sempurna, maka nimfa akan keluar dari air dan mencari beberauan atau tanaman sebagai kawasan metamorfosis menjadi capung akil balig cukup akal. Kulit usang nimfa (exuvia) akan terlepas dan menjelma capung muda. Metamorfosis yang terjadi pada capung ialah metamofosis tidak tepat, sebab tidak melalui tahap menjadi kepompong. Capung dewasa umumnya hanya hidup selama 2 bulan sampai maksimal 4 bulan dan hidup dengan memakan serangga-serangga yang lebih kecil, seperti nyamuk. Akan tetapi, capung juga menjadi mangsa dari beberapa binatang reptil seperti kadal, bunglon, katak, dan sebagainya.
Fakta Unik Capung
Serangga purba ini memiliki keunikan yang tidak dimiliki serangga jenis lainnya, yaitu:
- Capung Mampu Berburu di Udara – Serangga mempunyai sikll berburu yang sangat bagus. Mereka dapat memangsa target dengan akurasi 95%.
- Rahang Tajam – Ketika mangsa tertangkap, rahang capung bisa mencabik tubuh mangsa. Hebatnya, proses ini dikerjakan dengan melayang di udara.
- Jago Terbang – Capung mampu melayang ke segala arah, melakukan banyak sekali manuver, tergolong melayang mundur. Selain itu, capung juga memiliki kesanggupan terbang pada satu titik selama beberapa menit. Bahkan, capung dari spesies Pantala flavescens sanggup terbang menempuh jarak 11.000 mil dan memecahkan rekor migrasi serangga terjauh di dunia.
- Penglihatan Luar Biasa – Mata capung ialah mata majemuk dengan 30.000 sisi yang masing-masing memberikan berita mengenai keadaan sekelilingnya. Hampir seluruh kepala capung ialah mata yang mampu menyaksikan 360 derajat. Selain itu, capung juga mampu membedakan warna-warna yang tidak dapat dilihat oleh mata insan.
- Hidup Bertahun-tahun di Air – Proses metamorfosis capung yang dimulai dari peletakan telur di air sampai menjadi tempayak dan nimfa menjadikan air selaku habitat hidup selama bertahun-tahun. Umumnya mereka hidup di air sekitar 2 hingga 4 tahun.
- Beberapa Spesies Bertelur di Air Asin – Sulit didapatkan serangga yang bisa hidup di air bahari. Namun capung memiliki kesanggupan ini, beberapa spesies mirip Erythrodiplax berenicei mampu bertelur di air dengan salinitas tinggi.
- Suaka Alam Khusus Capung – Akibat perilaku destruktif insan yang mengancam eksistensi serangga, seperti lebah, capung, belalalang dan lainnya. Maka dibangunlah The Dragonfly Center pada tahun 2009 yang kemudian di Inggris. Suaka capung ini diperlukan berkontribusi menghentikan penurunan populasi 42 spesies capun di Inggris. Selain itu, beberapa suaka lain juga dibangun mirip The Dragonfly Sanctuary di New Mexico, Amerika Serikat dan Dragonfly Nature Park, Shimanto City, Shikoku, Jepang.
- Capung Bermanfaat Bagi Manusia – Capung ialah predator ganas bagi serangga-serangga kecil yang mengganggu insan, mirip nyamuk dan lalat. Keberadaan capung secara tanpa kita sadari dapat menurunkan populasi serangga pembawa penyakit (nyamuk dan lalat) tersebut. Menurut info, capung bisa memangsa 50 ekor nyamuk saban hari.
- Capung Purba Berukuran Luar Biasa – Suatu penelitian mendapatkan fosil capung terbesar dengan ukuran lebar sayap lebih dari 3 meter.
Dampak Perubahan Iklim Terhadap Capung
Efek negatif dari pergeseran iklim tidak cuma dicicipi dalam kehidupan sehari-hari, seperti curah hujan yang sangat tinggi, ekspresi dominan kemarau berkepanjangan sampai mengakibatkan kekeringan, serta fenomena El Nino dan La Nina. Bahkan dampak perubahan iklim juga dialami oleh serangga capung.
Menurut buku Naga Terbang Wendit (2013), capung yakni serangga melayang pertama di dunia. Kemunculannya sejak zaman karbon sekitar 360 – 290 juta tahun kemudian berawal dari seranggga akuatik yang berevolusi dan memiliki kemampuan melayang. Data aneka macam sumber memberikan ketika ini terdapat 6.000 jenis capung di seluruh dunia dan sekitar 15% atau hampir 900 jenis hidup di Indonesia.
Sumber dari Jurnal Biorisk 5 edisi khusus pada 2010 menyampaikan hasil para peneliti dari Eropa, Afrika dan Amerika bahwa capung mampu menjadi indikator efek perubahan iklim. Serangga ini memiliki kehidupan dan penyebaran yang sensitif terhadap perubahan cuaca dan iklim.
Perubahan iklim tergolong salah satu dari empat penyebab utama berkurangnya populasi capung, selain penyebab kimia, biologis, dan hilangnya penyerbuk.
Selain itu, kenaikan suhu air juga besar lengan berkuasa terhadap reproduksi capung. Semakin tinggi suhu air makan kadar oksigen akan kian rendah, sehingga tidak sesuai untuk habitat hidup larva dan nimfa.
Pencurian Capung dan Kerentanan Punah
Perburuan dan jual beli satwa liar di Indonesia tidak cuma tertuju pada binatang-hewan besar, seperti macan, warak, gajak, dan aneka macam jenis burung. Bahkan, saat ini serangga kecil mirip capung tidak luput dari incaran tindak kejahatan.
Informasi dari Indonesia Dragonfly Society menyebutkan bahwa tak sedikit kolektor serangga (tergolong capung) yang mendatangi Indonesia dan mengambil sampel jaringan bahkan telur-telur capung. Meski kepopuleran capung masih berada dibawah kupu-kupu dan kumbang, tetapi kolektor-pengumpul luar negeri telah mulai memburunya.
Sampel yang dibawa tersebut keluar tanpa izin akibat kurangnya perhatian dari pemerintah dan penduduk akan eksistensi capung itu sendiri. Di negara-negara Eropa, Afrika dan Amerika, studi tentang capung dikerjakan dengan sangat baik mirip halnya mempelajari ragam jenis burung dan hewan lainnya.
Lemahnya pengawasan terhadap keanekaragaman hayati yang dimiliki bumi pertiwi mengakibatkan Indonesia kecolongan. Oleh alasannya adalah itu, implementasi hukum yang tegas ialah hal serius yang perlu dibenahi.
Siklus hidup capung yang bergantung dengan keadaan perairan membuatnya rentan terhadap kepunahan. Saat ini, populasi capung diwilayah perkotaan dengan tingkat pembangunan tinggi sangat jauh berkurang. Contohnya ialah spesies Amphiaeschna ampa yang selama 50 tahun ini telah tidak didapatkan di kawasan Banyuwangi.
Wilayah Indonesia yang mempunyai keanekaragaman capung tertinggi ialah Papua. Dari data yang ada, Papua memiliki sekitar 400 jenis capung dan masih terus bertambah alasannya banyak yang belum teridentifikasi. Kemudian disusul oleh Sumatera dan Kalimantan yang masing-masing mempunyai 280 jenis spesies, serta Sulawesi dan Maluku yang memiliki 140 spesies pada masing-masing tempat.
Indonesia Dragonfly Society
IDS atau Indonesia Dragonfly Society ialah suatu komunitas yang mengupayakan terciptanya kelancaran keanekaragaman hayati Capung (Odonata) terus lestari di Indonesia.
a. Visi & Misi
Komunitas peduli capung ini mempunyai visi berupa “terciptanya kelancaran keragaman hayati capung (dragonfly dan damselfly) selaku pusaka alam Indonesia.”
Visi tersebut diwujudkan dalam aneka macam misi berikut ini:
- Menjaga kelestarian pusaka alam lewat capung (dragonfly dan damselfly) sebagai fokus acara
- Mengusahakan perbaikan habitat capung dan pemanfaatnya secara kultural, ekologi, maupun ekonomi bersama masyarakat
- Melakukan pendidikan publik semoga penduduk menyayangi capung dan menghargai jasa-jasanya bagi lingkungan hidup dan sejarah peradaban
- Mendorong dan memfasilitasi hadirnya kalangan pecinta dan pelestari capung diberbagai wilayah Indonesia
b. Program Indonesia Dragonfly Society
Komunitas IDS sudah melaksanakan acara-progam bermanfaat bagi lingkungan terkait capung dan capung jarum, antara lain:
- Pengembangan Jaringan
Berusaha menjalin koordinasi dengan berbagai pihak, baik individu dan lembaga atau instansi untuk mengoptimalkan arah tujuan pencapaian misi.
- Peningkatan Kapasitas
Berusaha berbagi kesempatansetiap anggota dan simpatisan pecinta capung, sehingga arah tujuan pencapaian misi dapat lebih optimal
- Penelitian dan Pengamatan
Berusaha melakukan penelitian dan pengamatan, baik dari segi pandang keanekaragaman hayati dan persepsi penduduk melalui suasana kondisi sosial budaya.
- Pengumpulan, Pengelolaan Data dan Informasi
Keberadaan Indonesia Dragonfly Society diharapkan menjadi wadah dan rujukan bagi pecinta capung untuk mencari data perihal capung.
- Media dan Penggalangan Dana
Pelestarian Odonata membutuhkan partisipasi aktif. Oleh karena itu, secara inovatif mengkampanyekan manfaat capung dengan banyak sekali jenisnya sebagai sarana pendidikan dan pendanaan.
Jenis Capung Terindah di Dunia
Warna dan bentuk capung sungguh bermacam-macam. Berikut ialah beberapa jenis capung dengan keindahan warna dan bentuk mempesona, antara lain:
- Migrant Hawker
- Asian Sapphire Flutterer
- Sapphire Flutterer
- Roseate Skimmer
- Ebony Jewelwing
- Twelve-Spotted Skimmer
- Emperor Dragonfly
- Crimson Marsh Glider
- Beautiful Demoiselle
- Blue Dasher
Comments
Post a Comment